Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Kabupaten Blitar dan Ponorogo mulai menyiapkan rencana usaha komunitas. Usaha yang akan dikelola secara kolektif ini menjadi bagian dari penyiapan kemandirian komunitas. Sebagai bagian dari peningkatan pengetahuan dan kapasitas para pegiat KOPI, Yayasan lembaga kajian untuk pengembangan pendidikan, sosial, agama, dan budaya (INFEST) Yogyakarta menggelar Pelatihan Manajemen Usaha di Blitar (16-17 Oktober 2021) dan Ponorogo (19-20 Oktober 2021).
Pelatihan manajemen usaha ini menjadi tahap awal bagi komunitas pekerja migran sebelum merealisasikan ide-ide usahanya. Pelatihan ini diikuti oleh tiga KOPI di masing-masing kabupaten. Di Blitar, pelatihan diikuti oleh KOPI Desa Gogodeso, Jatinom, dan Pandanarum. Sementara di Ponorogo diikuti oleh KOPI Desa Bringinan, Pondok, dan Gelanglor. Forum ini dipandu oleh Ayu Dini Kartika Putri yang juga menjadi penulis Modul Kewirausahaan yang dikembangkan oleh INFEST Yogyakarta.
Melalui pelatihan ini, para pegiat KOPI dari Blitar dan Ponorogo mulai mematangkan ide dan analisis usaha seperti identifikasi kegiatan usaha, tata kelola keuangan, hingga strategi pemasaran. Pada hari pertama, masing-masing komunitas mendiskusikan perkembangan rencana usaha, potensi, dan mimpi mereka tentang rencana usaha yang akan dikelola secara kolektif. Pada hari kedua, masing-masing KOPI mulai menyiapkan proposal rencana usaha sekaligus dengan analisa keuangan. Menurut Ayu, proposal menjadi bagian penting untuk meyakinkan mitra usaha termasuk sebagai dasar untuk melakukan evaluasi.
“Untuk mengelola sebuah usaha kelompok penting untuk memperhitungkan dan mendiskusikan semua aspek sehingga jelas di depan. Prinsipnya, pelajari pasar, pelajari risiko, kolaborasi, transparansi, dan beraksi,” jelas Ayu Dini.
Dari Pertanian hingga Jasa Pemasaran
Usaha kolektif yang direncanakan pun beragam mulai dari pertanian, peternakan, hingga jasa. KOPI Desa Pondok misalnya merencanakan jasa pemasaran, cetak, dan desain dengan nama Mitra Keluarga Migran. “Di Pondok ada banyak purna pekerja migran yang merintis usaha kecil rumahan, jadi KOPI ingin mendukung dari sisi pemasaran,” terang Arif Yulianto, pegiat KOPI Pondok.
Mirip dengan KOPI Desa Pondok, KOPI Desa Gogodeso Blitar berencana mengelola toko kelontong sebagai usaha kolektifnya. Sementara itu, ide usaha di bidang pertanian dan peternakan juga akan dikembangkan oleh KOPI Desa Jatinom melalui budidaya lele, budidaya kambing oleh KOPI Desa Pandanarum, pembesaran sapi oleh KOPI Desa Bringinan, dan budidaya bawang merah oleh KOPI Desa Gelanglor.
Selama dua hari pelatihan, masing-masing komunitas telah menyiapkan draf naskah proposal dan standar operasional dan prosedur (SOP) pengelolaan masing-masing usaha. Analisa kegiatan dan keuangan usaha menjadi bagian yang menantang bagi para peserta. Di sesi ini, para pegiat KOPI diajak untuk merapikan dan mendetailkan kegiatan dan rincian biayanya. “Pembelajarannya dalam merencanakan usaha jadi lebih terstruktur dan yang paling menantang belajar menganalisis perhitungan keuangan,” terangnya Ragil pegiat KOPI Pandanarum.
Hal yang sama juga dituturkan oleh Anis dari KOPI Gogodeso. “Yang berkesan dari pelatihan ini soal pemetaan kegiatan dan kebutuhan jadi lebih terorganisir,” terangnya.
Dalam sambutannya, Direktur Yayasan INFEST Yogyakarta, Irsyadul Ibad menerangkan bahwa pada periode 2021-2023, enam KOPI di Blitar dan Ponorogo akan mulai fokus pada pemberdayaan sosial ekonomi, salah satunya melalui usaha kolektif. Fase ini merupakan fase lanjutan dari periode sebelumnya di mana KOPI fokus pada penguatan keorganisasian, penanganan kasus, hingga mendorong regulasi di level desa mengenai pelindungan pekerja migran dan keluarganya.
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Blitar, Roni Arif Satriawan mengapresiasi dan mendorong komunitas pekerja migran bisa merealisasikan rencana usaha kolektifnya. Lebih dari itu, Bappeda Kabupaten Blitar juga berupaya terus mendorong pemberdayaan bagi pekerja migran dalam rencana pembangunan daerah. Isu pekerja migran, menurut Roni Arif sesuai dengan misi pembangunan daerah yakni penanggulangan kemiskinan, ekonomi, dan gender.
“Semoga niat baik ini bisa berhasil dan berdayaguna seperti yang kita impikan,” terangnya.
Sementara itu, Muhammad Khudori dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Ponorogo berharap para pegiat KOPI tetap semangat dan kompak. Ia menggarisbawahi bahwa pekerja migran juga mengalami berbagai persoalan di negara tujuan. Ia juga mengapresiasi kerja-kerja KOPI yang menjadi mitra pemerintah desa dalam mewujudkan pelindungan pekerja migran dan keluarganya. “Semoga, proses dua hari ini bermanfaat bagi masing-masing individu kelompok, dan keluarga,” terangnya.
Setelah mematangkan ide dan rencana usaha di tahun 2021 ini, masing-masing komunitas juga akan didampingi dari sisi teknis usaha dan permodalan.