Tidak seperti biasanya, malam itu (14/09/205) ruang pertemuan Desa Tunjungtirto dipenuhi oleh pemerintah desa, BPD, Tim Pembaharu Desa, PKK, kader pembangunan, LPMD dan beberapa perwakilan RW. Mereka tidak hendak melakukan musyawarah desa, namun belajar terkait dengan pengelolaan keuangan desa.
Kegiatan ini merupakan rangkaian persiapan studi lapang yang digagas oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang yang dilaksanakan pada (17/09/2015). Kunjungan itu akan melibatkan pemerintah desa dari dari Minahasa Sulawesi Selatan, Fak Fak Papua Barat, Lombok Tengah dan Bolaang Mongondow Selatan.
[Baca juga: 85 Perangkat Desa Belajar Manajemen Keuangan di Tunjungtirto]
“Desa Tunjungtirto akan kedatangan tamu untuk studi lapang terkait dengan keuangan desa, maka dari itu kami malam ini melakukan pendalaman materi,” terang Mustofa di sela-sela diskusi kelompok.
Menurut Mustofa, poin-poin bahan diskusi kunjungan sudah diberikan sebelumnya. Sehingga malam itu pemerintah desa dan Tim Pembaharu Desa tidak kesulitan untuk memperkirakan materi kunjungan.
“Panduan kunjungan sudah sangat jelas, mereka akan menanyakan proses penyusunan APBDesa, pelaporan dan laporan pertanggungjawaban,” terang Mustofa.
Memang jika dilihat dari substansi pertanyaan yang ada tidak jauh berbeda dengan materi pelatihan keuangan yang diselenggarakan oleh Infest Yogyakarta. Tim pembaharu berbagi pendalaman materi dan memberikan pemahaman kepada stakeholder lainnya yang tidak mengikuti pelatihan sebelumnya. Hal ini seperti diakui oleh Hanik Martya selaku Kepala Desa Tunjungtirto.
“Sebenarnya materi pertanyaanyan sudah banyak kita bahas pada saat pelatihan infest kemarin mas, jadi kami tidak terlalu kebingungan dalam membahasnya sekarang,” ujarnya.
Menurut Yulianti, Sekretaris Desa Tunjungtirto mengungkapkan, belajar bersama ini dilakukan secara berkelompok. Seluruh peserta yang hadir dibagi menjadi tiga kelompok. Anggota kelompok dibagi secara proporsional meliputi BPD, Pemerintah Desa, LPMD, Tim Pembaharu Desa dan PKK. Ketiga kelompok mempunyai tanggung jawab dalam membahas proses pengelolaan keuangan mulai dari penggalian usulan, perencanaan, penetapan, penatausahaan sampai pertanggungjawaban.
“Ketiga kelompok inilah nanti yang akan menjelaskan dan menjawab beberapa pertanyaan dari peserta studi lapang,” terang Yuli.
Dengan melakukan pendalaman pengelolaan keuangan ini, seluruh aktor yang ada di desa semakin memahami tata cara pengelolaan keuangan yang benar. Menurut Hanik, kunjungan-kunjungan seperti ini merupakan momentum bagi masyarakat dan pemerintah desa untuk belajar. Karena menurutnya kalau tidak ada kegiatan seperti ini mereka tidak ada paksaan untuk belajar. Hanik berharap teman-teman pada saat kunjungan lapang bisa memberikan informasi terbaik terkait kondisi dan apa yang sedang dilakukan Desa Tunjungtirto.