Pembangunan di desa memang sudah seharusnya melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Karena masyarakat adalah penerima sekaligus pelaksana pembangunan di desa. Faktanya, partisipasi masyarakat di desa semakin hari semakin kecil. Itulah yang disampaikan Cecelia, Yuni dan Ibrahim, peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) saat berbicang dengan pemerintah Desa Tunjungtirto (14/09/2015). Ketiga peneliti ditemui oleh Ketua LPMD, BPD, dan pemerintah desa di ruang kepala desa Tunjungtirto.
Peneliti dari ITB ini hendak mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa. “Selama tujuh hari, para peneliti ini akan live in di Desa Tunjungtirto,” Terang Anang anggota LPMD. Mereka akan bergaul dan berdiskusi langsung dengan masyarakat terkait dengan keterlibatannya dalam pembangunan di desa.
Secara khusus Cecelia dan kedua temannya akan meneliti tentang keterlibatan perempuan dalam pembangunan. Peneliti berdarah Inggris yang sudah 6 tahun di Indonesia ini ingin mengetahui secara detail proses perencanaan hingga pelaporan pertanggungjawaban pembangunan Desa Tunjungtirto.
“Kami ingin mengetahui bagaimana perempuan dan lembaga-lembaga desa berperanserta dalam pembangunan mulai perencanaan hingga laporan pertanggungjawaban,” terang Cecelia dengan terbata-bata berbahasa Indonesia.
Menurut Yulianti, Cecelia dan kedua temannya mengetahui informasi tentang desa dari website desa Tunjungtirto. Mereka mencari kepala desa perempuan dan ketemu di dunia maya. Rasa penasaran mereka terbayarkan setelah berkunjung ke Desa Tunjungtirto. Sekretaris desa ini berharap kunjungan-kunjungan atau penelitian dari pihak luar harus sering dilakukan. Dengan demikian, menurutnya pemerintah desa akan semakin terpacu untuk memperbaiki kekurangan yang ada di desa.
Hanik Martya, selaku Kepala Desa Tunjungtirto mengaku senang dengan kunjungan peneliti dari ITB ini. Menurutnya, semakin banyak orang yang berkunjung ke Desa Tunjungtirto maka inovasi dan perkembangan desa bisa menginspirasi desa lain.
“Mudah-mudahan apa yang ada di Desa Tunjungtirto bisa menjadi inspirasi desa lainnya,” tuturnya. Walaupun perempuan penggila warna ungu ini sangat menyadari bahwa masih banyak keterbatasan di desanya. Hanik juga berharap para peneliti ini memberikan rekomendasi hasil penelitiannya guna perbaikan desa ke depan.