Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam terbesar di Indonesia harus mampu mengelola semua pengetahuan dan informasi yang dimilikinya. Pemberdayaan masyarakat tidak dapat hanya dilakukan di dalam lingkungan pesantren melalui pendidikan formal, tetapi juga dapat dilakukan melalui penyebaran informasi dan pengetahuan melalui media massa. Oleh karena itu, jika ingin mengembangkan diri, pesantren harus mampu menguasai teknologi informasi dengan baik.
Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama, dan Budaya (Infest) pada hari Ahad (3/10) menyelenggarakan Pelatihan Pengemasan Informasi Pesantren dan Pengenalan Opensource di Pesantren di kantornya Pandeyan UH V/884 Umbulharjo. Pelatihan ini melibatkan 12 orang santri sebagai peserta. Mereka mewakili 5 pondok pesantren di DI Yogyakarta, yaitu PP. Al-Munawwir Krapyak, PP. Luqmaniyah Umbulharjo, PP. Nurul Ummah Kotagede, PP. Wahid Hasyim Sleman, dan PP. Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman.
Menurut M. Irsyadul Ibad yang juga direktur Infest, pesantren memiliki kualitas pengetahuan keislaman dan literatur yang sangat melimpah. Potensi ini tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga pendidikan di luar pesantren. Sebagai sebuah tanggung jawab pada umat, pesantren harus mampu mengelola dan mentransformasikan pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.
“Pesantren mempunyai tugas yang sangat besar dalam pengelolaan sumber daya pengetahuan. Pengetahuan yang mereka miliki tidak boleh hanya disimpan, tetapi harus dapat ditrasformasikan sehingga masyarakat dapat menerima manfaatnya,” katanya.
Acara ini merupakan pelatihan tahap pertama dari beberapa rangkaian pelatihan yang direncanakan akan diselenggarakan di beberapa pondok pesantren di DI Yogyakarta. Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan akan memiliki kemampuan dalam menulis, baik menulis ilmiah maupun menulis berita, dan dapat menyajikan tulisan tersebut menjadi sebuah informasi di media massa. Selain itu, Infest juga akan melakukan pendampingan kepada mereka dalam pengembangan kemampuan pengelolaan informasi. Mereka juga diharapkan dapat menjadi fasilitator pada palatihan-pelatihan berikutnya.